Saturday, November 1, 2014

Menemani Direktur PT BKW Naik Heli, Menyusuri Pelosok Kotabaru

Ingin Beton Jalan dan Bangun Lokal Madrasah

Helikopter tiba di pelosok. Anak-anak berpakaian pramuka sibuk mendongak ke atas. Daun kelapa bergoyang terkena angin baling-baling. Jegleg, kaki pengusaha muda Kalsel, H Tajerian Noor menapak di lapangan sepakbola 5 Oktober Desa Lontar.


Zalyan Shodiqin Abdi, Kotabaru

Sabtu tadi (27/9) penulis berkesempatan mengikuti perjalanan Direktur PT BKW (Buana Karya Wiratama) menggunakan helikopter. Berangkat dari Bandara Gt Syamsir Alam Kotabaru, sekitar pukul 10.30.
"Ayo kalau mau ikut, kita jalan-jalan. Ini mau lihat kondisi jalan Tg Serdang ke Lontar, kalau dari atas, kan bisa mantau cepat," ujarnya kepada wartawan sebelum terbang.
Sekadar diketahui, pembangunan jalan dari Tg Serdang Kecamatan Pulau Laut Tengah ke Lontar Kecamatan Pulu Laut Barat, dikerjakan oleh PT BKW (Buana Karya Wiratama). Tajeri mengatakan, selain memantau jalan, juga ingin mendengar bagaimana tanggapan warga terhadap kondisi jalan sekarang dan sebelum perbaikan, yang panjangnya mencapai 75 kilometer.
Sekadar diketahui, Desa Lontar berada sekitar 115 kilometer dari pusat kota kabupaten. Sejak zaman Bupati terdahulu jalan ke Lontar rusak parah. Baru di awal tahun 2014, Pemkab Kotabaru mengalokasikan dana perbaikan Rp35 Miliar, seperti pernah diberitakan Radar Banjarmasin sebelumnya.
Sekitar 10 menit, helikopter sudah mencapai setengah perjalanan. Jalan-jalan yang diperbaiki BKW terlihat, diapit hutan-hutan dan perkampungan kecil. Warna jalan merah, masih berupa pengerasan tanah. Di ujung horizon langit, Desa Lontar sudah nampak, dikelilingi perkebunan kelapa sawit, dengan air laut membiru. Lontar berada satu pulau dengan kota kabupaten, di Pulau Laut, pulau kecil di ujung tenggara Kalsel.
"Itu jalannya sudah kita lakukan pengerasan. Lihat dulu di situ, jalannya penuh lubang, sekarang sudah rata. Itu belum selesai, nanti akan kita beton jalannya," kata Tajeri kepada menulis sembari menunjuk ke satu titik, yang penulis perkirakan di sekitaran Desa Sekarambut Kecamatan Pulau Laut Barat.
Hijau royo-royo membentang dari ketinggian. Alam Pulau Laut dari ketinggian udara, memang terkesan kaya raya. Hal tersebut juga dibenarkan Tajeri. "Kaya daerah kita ini. Sayang, akses jalan ke beberapa titik masih belum maksimal, sehingga ekonomi kurang maksimal juga," sebutnya.
Tepat 20 menit di atas udara, helikopter tiba di atas langit Lontar. "Capt, mendarat di sana aja, yang ada lapangan itu," kata Tajeri kepada pilot. Perlahan, heli berada di atas lapangan sepakbola 5 Oktober. Dekat lapangan berdiri bangunan sekolah MTs Darul Ulum Lontar. Rupanya, saat itu jam istirahat, karena anak-anak berpakaian pramuka di luar, kepala mereka ramai mendongak ke atas.
Heli mendarat, Tajeri lantas bergegas keluar. "Mudahan ada warung, mudahan ada warung. Untuk kita duduk-duduk," ujarnya kepada penulis. Dia membenarkan, kedatangannya ke Lontar bersifat dadakan, tanpa pemberitahuan ke aparat desa atau pihak lainnya.
Setelah memandang berkeliling, Tajeri lantas menuju kantin MTs. Dia memesan minuman dingin, sementara pemilik kantin memandang penuh tanda tanya. Tidak lama, dari MTs guru lelaki dan wanita mendekat.
Tajeri memperkenalkan diri, dan menjelaskan maksud kedatangannya kepada warga dan guru. "Bagaimana kondisi jalan sekarang, saya mau dengar langsung dari warga," tanyanya. Guru-guru MTs menjawab, kalau dulu ke pusat kota memerlukan waktu dari 5 hingga 6 jam, sekarang hanya 2,5 jam sudah bisa sampai kota.
"Kalau dulu itu, 5 sampai 6 jam baru bisa kami sampai kota. Sekarang 2 jam setengah sudah bisa sampai," kata Kepsek MTs Darul Ulum, Bahruddin. Meski kata dia, jalan masih berdebu. "Itu belum selesai. Nanti akan kita beton," kata Tajeri. Sementara bercakap-cakap, beberapa aparat polisi Kapolsek Pulau Laut Barat, Ida Bagus Ketut Mantra, datang. Kebetulan, kantor Polsek berdekatan dengan MTs.
Puas mendengar jawaban warga terkait kondisi jalan Lontar ke Tg Serdang. Tajeri lantas meminta diri berjalan-jalan melihat suasana MTs. Kepsek menjelaskan, ruang sekolah hanya ada 3, sedangkan jumlah keseluruhan siswa harus memakai minimal 7 kelas. "Kami kekurangan ruang kelas, makanya kalau pagi, itu anak kelas 2 sama kelas 3 belajar. Sore, baru kelas 1 yang belajar," ungkap Kepsek.
Kepada penulis, guru MTs, Indriana MJT menyebutkan, jumlah siswa ada sebanyak 225 anak. "Jumlahnya ada 225 anak. Minimalnya, kami perlu 7 kelas memang. Tapi kemampuan kami (sekolah swasta) hanya sanggup 3 kelas," akunya. Selain itu, rata-rata kemampuan ekonomi siswa di sana tidak seberapa. "Maklum desa di pelosok," senyum Indri.
Mendengar hal tersebut, Direktur PT BKW ini mengatakan, akan membuat tiga lokal baru untuk MTs. "Kalau begitu, coba nanti saya bantu bangunkan 3 lokal baru, supaya anak-anak bisa belajar dengan baik," ujarnya. Rezeki tak terduga, Kepsek dengan wajah sumringah, mengumpulkan semua muridnya, memberitahukan adanya bantuan pembangunan kelas baru, dan mengajak Tajeri berfoto bersama.
Usai berfoto dan berbincang-bincang dengan para guru serta siswa, Tajeri meminta diri untuk segera balik ke Kotabaru, setelah sebelumnya mengizinkan murid dan warga sekitar yang ingin berfoto di depan helikopter.
Di udara, Tajeri kepada penulis mengatakan, dia sudah sering berjalan ke pelosok sendiri. "Saya sering berjalan sendiri ke pelosok, memantau dan berbincang dengan warga. Menggunakan heli, bukan untuk apa-apa, supaya lebih efisien saja waktunya. Kotabaru ini kaya, namun perlu pengelolaan yang lebih baik lagi," imbaunya.
Terkait janji bangunan baru untuk MTs, Tajeri mengungkapkan, hal tersebut hanya spontanitas. "Saya baru sekali ketemu kepala sekolahnya. Nah, itulah, rezeki itu tidak kemana. Rezeki mereka, misalnya, akan dapat ruang baru, melalui saya, itu rezeki mereka. Ini tidak ada direncanakan sebelumnya, itulah rezeki," tandasnya. (yn/bin)

Sumber http://www.radarbanjarmasin.co.id/index.php/utama-2/3063-menemani-direktur-pt-bkw-naik-heli-menyusuri-pelosok-kotabaru 29 September 2014

No comments:

Post a Comment